Arsip Blog

Mau Liat Maenan Saham2 gw Hari Ini :

Rabu, 11 November 2009

sinetron badut: kutunggu jandamu, bumi ...

Newmont Tunggu Kepastian Pembeli Divestasi Saham
Rabu, 11 November 2009 | 18:09 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Newmont Pacific Nusantara menunggu kepastian dari pemerintah pusat soal siapa yang akan mengambil 14 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara. "Kami masih menunggu petunjuk pemerintah," ujar Direktur Utama Newmont Pacific Nusantara, Martiono Hadianto, Rabu (11/11) di Jakarta.

Ia mengatakan, surat Menteri Keuangan pada Agustus dan 9 November lalu perlu dicabut. Dalam surat pertama, pemerintah pusat memutuskan mengambil 14 persen saham itu. Surat kedua berisi penunjukan Aneka Tambang sebagai wakil pemerintah pusat dalam pengambil saham. Sementara, hari ini Aneka Tambang memutuskan untuk tidak ikut membeli saham Newmont.

Terdapat pula surat Direktur Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Bambang Setiawan yang menujuk pemerintah daerah Nusa Tenggara Barat sebagai koordinator pembeli saham. "Antara koordinator dan lead berbeda," katanya.

Ketidakjelasan tersebut membuat Newmont belum bisa menandatangani perjanjian jual-beli saham dengan calon pembeli. "Sampai sekarang saya tidak bisa berkomunikasi dengan Menteri Keuangan," ujar Martiono.

Ia mengatakan Newmont telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah daerah soal divestasi saham yang 10 persen. Pembelian saham itu membuat porsi kepemilikan saham di Newmont Nusa Tenggara berubah.

Awalnya, 80 persen kepemilikan perusahaan tersebut dimiliki Newmont Indonesia Limited dan Nusa Tenggara Mining Corporation, serta 20 persen dikuasai PT Pukuafu Indah. Dengan divestasi 10 persen maka kepemilikan Newmont 80 persen berkurang menjadi 70 persen.

Sebelumnya, perusahaan investasi milik grup Bakrie, PT Multicapital, akan membayar tunai 24 persen divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara senilai US$ 845,64 juta. Pembayaran akan dilakukan melalui perusahaan patungan dengan pemerintah daerah Nusa Tenggara Barat, Daerah Maju Bersaing.

"Mereka akan langsung bayar setelah perjanjian jual-beli ditandantangani dan proses administrasi selesai," ujar Direktur Utama Daerah Maju Bersaing Andi Hadiyanto, Rabu (11/11), di Jakarta.

Ia mengatakan setelah penandatangan perjanjian jual-beli saham (sales purchase agreement), maka Daerah Maju Bersaing harus memberi tahu perubahan kepemilikan saham di Newmont Nusa Tenggara ke Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Proses pembayaran akan dilakukan dua tahap. Pertama, Multicapital akan membayar divestasi 10 persen saham 2006 dan 2007 senilai US$ 352 juta. Sesudahnya, perusahaan akan membayar divestasi 14 persen periode 2008 dan 2009 sebesar US$ 493,64 juta.

Pemerintah daerah, lanjut Andi, tidak menyertakan modal apapun karena keterbatasan anggaran belanja. Ia yakin Multicapital akan memenuhi pembayaran tersebut. "Kami sudah ada komitmen untuk yang 10 persen, jadi harus sama-sama saling menghargai," ucapnya.

Perjanjian kerja sama untuk 10 persen saham Newmont telah ditandatangani Jumat (6/11) lalu. Sementara untuk 14 persen saham masih dalam pembicaraan. Batas akhir waktu penandatanganan perjanjian itu adalah Kamis (12/11).

SORTA TOBING
12/11/2009 - 13:47
Sentimen Newmont Selimuti ANTM
Asteria


(istimewa)
INILAH.COM, Jakarta – Kabar pembatalan divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) dan melesatnya harga emas dunia, mendominasi sentimen PT Aneka Tambang (ANTM). Seperti apa potensinya?

Pada perdagangan Kamis (12/11) sesi siang, ANTM terpantau berada di area hijau, dengan naik Rp25 ke level Rp2.275, melanjutkan penguatan sebelumnya naik Rp50 ke Rp2.250.

Analis saham PT Anugerah Securindo Indah Asep Subroto memprediksikan, pergerakan bursa masih akan didominasi saham ANTM, setelah pembatalan keikutsertaannya dalam konsorsium pembelian 14% divestasi saham Newmont. “ANTM hari ini berpotensi bergerak di kisaran Rp2.400-2.500,” ujarnya dalam riset Kamis (12/11).

Sedangkan Samuel Sekuritas merekomendasi hold untuk ANTM. Tidak tercapainya kesepakatan dengan Pemda dalam pembagian porsi saham NNT sebesar 31% dari 2006-2010, menyebabkan perseroan mundur dari konsorsium tersebut. “Hold dulu saham ANTM,” ucapnya.

Seperti diketahui, dalam pembagian porsi saham NNT, ANTM menginginkan minimal 15,5% (50% dari 31%), sedangkan Pemda menawarkan 11,625% (37,5% dari 31%) saham Newmont.

Sisanya, Multicapital 37,5% dan Pemda 25%. ANTM yang semula berkongsi dengan Pemda NTB-Multcapital menganggap hal tersebut tidak optimal dan memilih mundur. Namun, Menneg BUMN tetap meminta ANTM untuk tidak mundur dalam pembelian tersebut dan menyerahkan semua keputusannya kepada Menkeu.

Di sisi lain, Pemda NTB-Multicapital tetap maju seiring telah dibentuknya perusahaan patungan. Dengan tidak tercapainya kesepakatan ini, Grup Bakrie melalui PT Multicapital berpeluang menguasai saham divestasi Newmont periode 2008-2009 sebesar 14% atau senilai US$493,6 juta dengan porsi bagi hasil 75% Mulicapital dan 25% Pemda.

Analis PT Kapita Sekurindo Haryajid Ramelan mengatakan, kinerja ANTM yang kurang memuaskan membuat emiten ini kurang menarik. Namun, harga emas yang terus membumbung tinggi menjauhi level 1000 per troy ons, membawa sentimen positif pada saham ini.

“Terutama terkait ekspektasi peningkatan pendapatan dan laba perseroan ke depan. Rekomendasi buy untuk ANTM di level Rp2.700,” imbuhnya. Harga emas pada penutupan perdagangan di bursa Nymex dini hari tadi melonjak 1,05 % ke level 1.117,40/troy ons. Harga emas menguat seiring melemahnya nilai tukar dolar AS. Investor pun memburu aset investasi alternatif.

ANTM akan kembali meningkatkan produksi emasnya pada 2010 menjadi 3,3-3,5 ton atau naik 32-40% dibandingkan estimasi produksi tahun ini. Lonjakan tersebut karena mulai berproduksinya tambang Cibaliung, Banten pada pertengahan 2010.

Kinerja ANTM memang kurang baik. Pada kuartal ketiga 2009, ANTM mengalami penurunan kinerja akibat merosotnya volume dan harga jual feronikel serta pelemahan dolar AS. Laba bersih perseroan anjlok 81,98% menjadi Rp 292,66 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,62 triliun.

Pendapatan ANTM turun 17,28% dari Rp 7,58 triliun menjadi Rp 6,27 triliun. Alhasil, laba kotornya tergerus 72,91% menjadi Rp 737,83 miliar. Sementara, beban pokok penjualan ANTM naik 14,02% menjadi Rp 5,53 triliun akibat biaya bahan yang berhubungan dengan trading emas.

“Kalau melihat kinerjanya memang kurang mendukung. Tapi melihat sentimen harga emas yang terus naik, ANTM masih menarik,” ujar Haryajid yang juga Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI). [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome All of You

Cari di Blog Ini